Betang Mandala Wisata merupakan sebuah bangunan replika berupa rumah Betang atau rumah yang berukuran panjang dan besar tanpa sekat. Rumah Betang merupakan rumah adat dalam suku Dayak. Sesuai dengan gambarannya Rumah Betang ini berukuran sangat besar yang mampu menampung puluhan orang atau keluarga besar yang mempunyai ikatan keluarga. Keunikannya Rumah Adat Betang Mandala Wisata sebenarnya bukanlah rumah adat sebenarnya. Artinya, rumah ini memang sengaja dibangun untuk kepentingan wisata Palangkaraya dan bukan sebagai tempat tinggal suku Dayak. Terdapat sandung, Tentu saja tidak ada tulang didalam Sandung yang ada di Rumah Betang Mandala Wisata, karena itu hanya replika. Selanjutnya ada juga benda yang disebut dengan Patahu. Ini adalah bagian dari Sandung yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan arwah nenek-moyang. Rumah Betang Mandala Wisata juga menyimpan pahatan berupa Sapundu. Sapundu ini terbuat dari kayu dan dipahat dengan bentuk yang menggambarkan karakter dari nenek moyang yang tulangnya tersimpan didalam Sandung.
Meskipun sekarang penggunaan Rumah Betang sebagai tempat tinggal telah jarang dijumpai dan dipergunakan oleh masyarakat Dayak, namun falsafah hidup Rumah Betang masih tertanam dan terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat Dayak. Masyarakat Dayak sendiri misalnya, sangat menghargai perbedaan yang ada dan hal tersebut tercermin dalam kehidupan Rumah Betang dimana dalam suatu keluarga biasa terdiri dari berbagai macam kepercayaan atau agama seperti Islam, Kristen, dan Hindu Kaharingan. Mereka dapat hidup rukun dan saling menghargai ditengah beragam perbedaan tersebut seperti berbeda kepercayaan dan agama. Kekeluargaan, gotong-royong, persatuan dan kesatuan merupakan berbagai sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak yang tercermin dalam “Falsafah Huma Betang”.