Sandung adalah bangunan kecil yang terbuat dari kayu ulin dan bertiang empat, dua atau satu. Fungsi dari Sandung adalah sebagai persemayaman orang yang telah meninggal. Bangunan Sandung dibuat khusus untuk satu keluarga di dalam satu keturunan. Jadi, keluarga yang berasal dari keturunan yang lain tulangnya tidak dapat dimasukkan ke dalam Sandung yang sama. Masing-masing keluarga di Suku Dayak Kaharingan memiliki satu bangunan Sandung.
Sandung Ngabe Sukah adalah salah satu Sandung peninggalan dari Suku Dayak Kaharingan dan merupakan sebuah tempat disemayamkannya tokoh atau leluhur Kampung Pahandut. Secara administratif terletak di jalan Dr. Murjani, Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah. Sandung ini awalnya didirikan oleh Pangkalima Bayuh pada tahun 1783. Dengan ukurannya yang terlalu kecil dan tidak memungkinkan untuk dipergunakan dalam jangka waktu yang lama, maka pada tahun 1848 Ngabe Sukah mendirikan kembali Sandung yang ukurannya lebih besar dan memasukkan Sandung Pangkalima Bayuh ke dalam Sandung tersebut. Keberadaan Sandung ini tidak lepas dari asal mula kampung di kota Palangkaraya. Nama kampung tersebut dulunya bernama Dukuh Bayuh yang dipimpin oleh Bapa Handut. Setelah Bapa Handut meninggal, untuk mengenang jasa dan kepemimpinannya nama dukuh tersebut diganti dengan Pahandut. Hingga saat ini Pahandut diabadikan menjadi nama kelurahan di Kota Palangkaraya. Pada suatau masa Kampung Pahandut dipimpin oleh Pambakal Sukah. Atas keberhasilan dalam memimpin Kampung Pahandut, Sukah diberi gelar oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan gelar Ngabe Anum. Beliau meninggal sekitar tahun 1942 dan disemayamkan di dalam Sandung Bukit Ngalangkang yang sekarang lebih dikenal dengan nama Sandung Ngabe Sukah.
Source Foto : @Damar_angga_saputra
https://www.instagram.com/p/BqGxHzqAOFN/?igshid=1qnjp4kidapl3
